Dalam Pesantren Wadil Qurra, terdapat kegiatan karantina tahunan yang bertujuan untuk memantapkan kembali hafalan para santri. Dalam kurun waktu 15 hari, para santri diberikan kesempatan untuk mengulang dan memperbaiki hafalan mereka.
Proses karantina ini terdiri dari beberapa tahapan yang dirancang secara khusus. Selama 10 hari pertama, santri difokuskan pada muroja’ah, yaitu mengulang dan menghafal kembali isi Al-Qur’an yang telah mereka pelajari sebelumnya. Dalam periode ini, mereka diberikan waktu dan ruang untuk benar-benar memperdalam pemahaman serta mengkonsolidasikan hafalan-hafalan mereka.
Selanjutnya, selama 2 hari berikutnya, para santri akan melaksanakan sima’an di hadapan teman-teman sejawat mereka. Sima’an adalah sebuah prosesi dimana setiap santri akan saling membacakan hafalannya secara bergantian di hadapan temannya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan kepercayaan diri serta memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk menunjukkan kemampuan hafalannya.
Tidak hanya itu, dalam 3 hari terakhir karantina tersebut, para santri juga akan melaksanakan ikhtibar di hadapan para ustadz/ustadzah. Momen ini menjadi ajang evaluasi dan pembinaan langsung oleh pengajar-pengajar agama yang berkompeten dalam bidang Al-Qur’an. Para ustadz/ustadzah akan memberikan masukan, saran, serta arahan kepada santri untuk terus meningkatkan kualitas hafalan mereka.
Melalui karantina tahunan ini, Pesantren Wadil Qurra memberikan kesempatan bagi para santri untuk memperdalam dan memantapkan hafalan Al-Qur’an mereka. Dengan adanya tahapan-tahapan yang terstruktur dan didukung oleh pendampingan dari para pengajar agama, diharapkan setiap santri dapat menguasai dengan baik isi Al-Qur’an serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.