You are currently viewing Orang Tua Jalan Menuju Surga

Orang Tua Jalan Menuju Surga

Bakti kepada orang tua tidak terbatas hanya ketika mereka hidup. Bakti tidak boleh berhenti dengan wafatnya mereka, bahkan kewajiban berbakti itu terus abadi bahkan setelah mereka wafat sekalipun, bagi orang yang mengharapkan kebaikan. Di antara bentuk bakti kepada orang tua setelah mereka wafat adalah sebagai berikut:

  1. Memintakan ampun untuk mereka.

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia terputuslah darinya amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan (doa dari) anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan: “Orang yang meninggal diangkat derajatnya setelah ia wafat, lalu ia berkata, ‘Wahai Tuhan, apa yang membuat ini terjadi?’ Kemudian dijawab, ‘Anakmu memohonkan ampun untukmu’.” (HR. Ahmad dan Al-Bukhâri dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad. Menurut Al-Bûshairi: Sanadnya shahîh. Menurut Al-Albâni: hasan)

  1. Bersedekah untuk mereka.

Seorang laki-laki pernah berkata kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam“Ibuku telah meninggal dunia, apakah berguna baginya bila aku bersedekah atas namanya?” Beliau menjawab, “Iya (berguna).” Lalu ia berkata, “Aku memiliki sebuah kebun, dan sekarang aku persaksikan kepadamu bahwa aku menyedekahkan itu atas namanya.”

Dlam hadits lain, Abu Sa’îd As-Sâ’idi menceritakan, “Pada saat kami duduk di dekat Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—pada suatu ketika, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa bakti yang bisa aku berikan kepada orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?’ Beliau menjawab, ‘Masih, yaitu berdoa untuk mereka, memintakan ampun untuk mereka, menjalankan janji mereka setelah mereka meninggal, menyambungkan silaturahim yang tidak tersambungkan kecuali dengan keberadaan mereka, dan memuliakan teman-teman mereka’.” (Menurut Al-Albâni: Dha’îf)

Imam Muslim dalam kitab Shahîh-nya meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Umar—Semoga Allah meridhainya, bahwa ketika ia pergi ke Mekah, ia membawa seekor keledai yang ia gunakan sebagai tempat istirahat bila ia merasa lelah menaiki unta. Ia juga membawa sehelai sorban yang ia gunakan untuk mengikat kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia sedang berada di atas keledai itu, datanglah seorang laki-laki badui, lalu Ibnu Umar berkata kepadanya, “Bukankah engkau anak si Fulan?” Orang itu menjawab, “Benar.” Ibnu Umar pun memberikan kepadanya keledai itu seraya berkata, “Kendarailah ini.” Ia juga memberikan sorbannya seraya berkata, “Ikatlah kepalamu dengannya.” Melihat itu, beberapa sahabatnya berkata, “Semoga Allah mengampunimu, mengapa engkau berikan kepadanya keledai yang engkau gunakan untuk istirahat dan sorban yang engkau pakai untuk mengikat kepalamu itu?” Ibnu Umar menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu bentuk bakti yang paling baik adalah ketika seseorang menghubungkan silaturahim dengan keluarga orang yang disayangi oleh bapaknya’. Ayah laki-laki itu dahulu adalah orang yang disayangi oleh ayahku, Umar.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain, Ibnu Abi Burdah menceritakan, “Setelah aku datang ke Madinah, datanglah kepadaku Abdullah ibnu Umar, lalu ia berkata, ‘Tahukah engkau mengapa aku mendatangimu?’ Aku menjawab, ‘Tidak’. Ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, ‘Barang siapa yang ingin menyambungkan hubungan dengan ayahnya di dalam kuburnya hendaklah ia menyambungkan hubungan dengan teman-teman ayahnya setelah kematiannya’. Dahulu, antara ayahku, Umar, dengan ayahmu terdapat hubungan persaudaraan dan kasih sayang, kini aku ingin menyambungkan itu’.” (HR. Ibnu Hibbân. Menurut Al-Albâni: shahîh)

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk berbakti kepada orang tua kita.

 

Tinggalkan Balasan